Banyak orang yang mengeluh karena keadaan. Banyak yang mengeluh karena keturunan dan lebih banyak lagi yang mengeluh karena tuntutan kehidupan.
"Andaikan saya lahir dari keluarga berkecukupan, niscaya saya tidak akan sengsara seperti sekarang"
"Andaikata saya lahir dari keturunan orang yang sukses, niscaya saya tidak akan gagal. Hidup saya lebih mudah, saya tidak perlu berjuang untuk hidup".
Padahal, hidup akan tetap harus diperjuangkan meski lahir dari keluarga paling sukses sekalipun. Jika anda mengukur kebahagiaan dari nilai uang, pahamilah bahwa ada banyak orang kaya yang bersedia menukar kekayaan mereka dengan kebahagiaan dan hilangnya kekhawatiran.
Ingatlah selalu, jika sekarang anda sedemikian melarat sehingga harus gali lubang tutup lubang, berhutang sana-sini dan dikejar debt collector, tidak ada jalan ke lain arah selain kepada kesuksesan. Jika anda sudah sampai didasar kesulitan hidup, kemana lagi anda akan melangkah selain menanjak.
Momen ramadhan tiap tahun (dan ulang tahun) biasanya menjadi momen bagi saya apakah saya sudah menanjak dari tahun lalu atau tidak. Bagi saya, bisa memberikan uang belanja pada orang tua, isteri, anak dan adik saya merupakan sebuah ukuran kebahagiaan. Tak perlu saya memiliki baju baru atau perlengkapan baru asalkan saya bia membuat orang tua saya senang tak perlu memikirkan biaya lebaran.
Minggu lalu saat bertemu dengan ibu saya di Tambun (Bekasi), Ibu saya bercerita mengenai kesulitan hidup dijaman ekonomi susah seperti sekarang. Minyak tanah yang menghilang, gas yang mahal dan susah dicari serta harga kebutuhan pokok yang meningkat merupakan masalah pelik bagi pemilik rumah makan seperti orang tua saya. Saya katakan bahwa sekarang masih lumayan karena tahun 2003-2006 keluarga saya pernah mengalami masa paling melarat, dimana keluarga hanya memiliki sekian puluh ribu rupiah sebagai uang tunai. Ibu saya bahkan bilang itu bukanlah masa paling melarat karena waktu ibu saya kecil, sempat makan gaplek untuk menghindari kelaparan.
Sekarang, seberapapun sulitnya keadaan saat ini, kami selalu ingat pada masa paling melarat itu. Masa yang saya sebut sebagai dasar dari kemelaratan. Dasar dari kesulitan hidup. Setelah kesulitan hidup itu, yang tersisa semestinya adalah peluang untuk naik meski itu secara bertahap.
Kini saya belum sukses. Juga belum berkecukupan namun bagi saya pengalaman masa lalu sudah cukup. Tidak perlu kita menyesali dari keluarga mana kita berasal. Tak penting. Apa pentingnya bagi orang lain jika kita tetap bisa sukses meski kita dari keluarga ndeso sekalipun ?
Orang yang sukses karena keadaan yang mendukung, keuangan yang menjamin dan koneksi yang mempermudah tidaklah istimewa. Sebagian besar orang akan bisa melakukannya. Akan jauh lebih bermakna jika kesuksesan didapat ditengah keadaan dan kondisi ekonomi yang tidak mendukung.
Ada banyak peluang jika kita mau berusaha. Jika kita tidak punya modal untuk berusaha, juallah keahlian anda. Sekedar contoh, jika anda ingin membangun usaha komputer namun tidak punya modal untuk membeli komputer, juallah keahlian anda dengan memberikan les privat atau training atau kursus. Pendapatannya bisa dijadikan modal untuk membeli komputer dan peralatan yang diinginkan.
Saya heran jika di Indonesia ini orang sampai harus kelaparan tanpa usaha. Banyak orang yang malu jika melakukan pekerjaan yang dianggap rendah meski itu usaha yang baik. Mengapa mesti malu jika pekerjaan yang dilakukan tidak melanggar norma hukum dan susila ? Bagi saya, menjadi pembantu atau kuli angkut di pasar jauh lebih berharga dibandingkan duduk diam merenungi nasib, atau mengemis, atau berbuat kriminal. Orang yang berbuat kriminal itu berani mati tapi takut hidup.
Saya mengapresiasi sikap hidup Toyotomi Hideyoshi dalam kisah di buku Taiko. Anak petani ini menjadi Taiko (setara dengan shogun) di Jepang dan merupakan satu dari 3 tokoh pemersatu Jepang.
Saat masih hidup sengsara, Hideyoshi mau bekerja apa saja meski bayarannya hanya sekedar untuk makan. Bagi Hideyoshi, burung diangkasa bisa tetap makan padahal dia tidak tahu rencana untuk esok. Masa manusia harus kalah dengan burung.
Hideyoshi juga tidak malu karena dia tidak menjual harga dirinya. Jangan hiraukan persepsi orang jika anda memang tidak melakukan hal yang negatif. Intan akan tetap berkilauan meski ada di kubangan lumpur. Anda akan tetap berharga meski harus bekerja keras dan berpeluh keringat untuk bisa hidup.
Tak usah peduli pada komentar orang lain, apalagi jika komentar itu sifatnya hanya sarkasme. Sepanjang bukan perbuatan kriminal atau negatif, anda bisa dengan lugas berkata, "Orang lain tak suka apa peduli saya..."
Jangan patah oleh keadaan. Hidup susah adalah tantangan. Hidup kekurangan adalah bagian dari pembelajaran. Jangan pernah menyerah.
Judul Asli : Jangan Patah oleh Keadaan
Oleh : Muhammad Rivai Andargini
Sumber : feed://feeds.feedburner.com/BlogVavai
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Error MyISAM, Eregi, Preg_match, dan Alphanumeric di MySQL Database
Kesalahan yang sering terjadi ketika menginstall/mengimport database yang sudah jadi dari sebuah aplikasi adalah ketika aplikasi yang dibua...
-
Membaca tulisan dari Mr. Green saya tertarik sekali untuk menuliskannya di sini, barangkali ada di antara sidang pembaca yang menginginkan t...
-
Mbah Vanvan Berkata: Maret 21, 2008 pada 12:46 pm Aooo semuaa… me saat ini memang lagi make internet gratisan dengan salah satu provider yan...
-
Program Aplikasi di Rapidshare Jika Anda mencari program2 aplikasi silahkan buka link-link berikut ini : 1. http://rapidshare.com/users/QMU2...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar